Menjelajah Dunia Anak

Mengenali Tanda Depresi Pada Anak


DEPRESI ANAK

Beberapa Tanda Anak Mengalami Depresi : Apa yang dapat Dilakukan oleh Orang Tua ?

 

Kenali !!!

Depresi mungkin terjadi saat anak mengalami :

  • Suasana hati yang menyedihkan atau mudah tersinggung hampir sepanjang hari.
  • Anak mungkin mengatakan bahwa mereka merasa sedih atau marah atau mungkin menangis dan rewel.
  • Tidak menikmati hal-hal yang biasa membuat anak bahagia.
  • Perubahan berat badan atau selera makan yang meningkat atau menurun.
  • Tidur terlalu sedikit di malam hari atau terlalu banyak di siang hari.
  • Tidak lagi ingin bersama keluarga atau teman.
  • Kurangnya energi atau perasaan tidak mampu melakukan tugas sederhana.
  • Perasaan tidak berharga atau bersalah. Tingkat percaya diri yang rendah.
  • Kesulitan dengan fokus terhadap seseuatu atau membuat pilihan. Nilai sekolah bisa turun.
  • Tidak peduli dengan apa yang terjadi di masa depan.
  • Keluhan nyeri dan sakit tanpa sebab yang jelas.
  • Sering memikirkan kematian atau bunuh diri.

Tanda-tanda ini bisa terjadi pada anak-anak yang tidak depresi, tapi bila anak menunjukkan perilaku yang sama, hampir setiap hari, itu petanda anak mengalami depresi.

Apa yang orang tua lakukan bila berpikir anak mengalami depresi ???

  • Bicaralah dengan anak tentang perasaan dan hal-hal yang terjadi di rumah dan di sekolah yang mungkin mengganggunya.
  • Konsultasi ke dokter anak. Beberapa masalah medis bisa menyebabkan depresi. Dokter anak mungkin merekomendasikan psikoterapi (konseling untuk membantu orang dengan emosi dan perilaku) atau obat untuk depresi.
  • Dokter anak mungkin akan memeriksa gejala depresi setiap tahun sejak usia 11 sampai 21 tahun.
  • Gangguan bunuh diri sekarang menjadi penyebab utama kematian di kalangan remaja. Perlakukan pikiran bunuh diri sebagai keadaan darurat.

Apa yang harus dilakukan untuk menolong ???

Promosikan kesehatan.

  • Dasar-dasar untuk kesehatan mental yang baik termasuk diet sehat, cukup tidur, olahraga, dan hubungan positif dengan orang lain di rumah dan di sekolah.
  • Batasi waktu bermain dengan gadget dan dorong aktivitas fisik untuk membantu mengembangkan koneksi positif dengan orang lain.
  • Orang tua memuji perilaku baik anak, dan menunjukkan kekuatan membangun ikatan orang tua-anak.

Menyediakan perlindungan dan keamanan.

  • Bicarakan dengan anak Anda tentang intimidasi. Menjadi korban bullying merupakan penyebab utama masalah kesehatan mental pada anak.
  • Gali masalah kesedihan atau kehilangan. Bila masalah berduka karena kehilangan dan orang tua juga sedang mengalaminya, carilah dukungan orang lain untuk membantu.
  • Mengurangi stres. Perubahan jangka pendek dalam jumlah tugas sekolah, pekerjaan, atau aktivitas, mungkin diperlukan.
  • Senjata, obat-obatan (termasuk yang dibeli tanpa resep dokter), dan alkohol harus diamankan.

Edukasi

  • Tidak membuat gejala depresi anak meningkat.
  • Apa yang tampak seperti kemalasan atau mudah tersinggung bisa menjadi gejala depresi.
  • Bicarakan tentang riwayat keluarga depresi untuk meningkatkan pemahaman.

Bantu anak belajar berpikir dan terampil dalam mengatasi masalah.

  • Bantu anak rileks dengan aktivitas fisik dan kreatif. Fokus pada kekuatan anak.
  • Bicaralah dan dengarkan anak dengan cinta dan dukungan. Bantu anak untuk belajar menggambarkan perasaan mereka.
  • Bantu anak melihat masalah dengan cara yang lebih positif.
  • Pecahkan masalah atau tugas menjadi langkah yang lebih sederhana agar anak bisa sukses.

Buat rencana perlindungan.

  • Ikuti rencana perawatan anak. Pastikan anak mengikuti terapi dan minum obat apapun sesuai petunjuk.
  • Pengobatan berhasil, tapi mungkin perlu beberapa minggu. Anak yang depresi mungkin tidak segera mengenali perubahan mood.
  • Buat daftar orang yang dipanggil untuk membantu saat perasaan bertambah buruk.
  • Perhatikan faktor risiko untuk bunuh diri. Ini termasuk berbicara tentang bunuh diri secara langsung atau di internet, memberikan barang-barang, meningkatkan pemikiran tentang kematian, dan penyalahgunaan zat.
  • Cari nomor telepon untuk dokter dan terapis anak, dan tim respons krisis kesehatan mental setempat.

Semoga sharing ini dapat membantu.

Dinukil dari beberapa sumber yang dapat dipercaya (buku, jurnal, artikel psikologi anak)

Menjelajah Dunia Anak

Aku Yakin Dengan JanjiMu


 th

Menara itu mulai terlihat dari kejauhan, semakin mendekat, tak terasa air mataku  mengalir dengan tak hentinya aku mengucap syukur dan bertakbir dalam hati, walaupun tak terasa akhirnya keluar juga suara lirihku berucap

“Subhanallah, Allahu Akbar, Ahlamdulillah“

Inikah yang selama ini selalu aku pikir tidak mungkin ? aku yang selalu mengejek perkataan suamiku dengan ucapan yang membuatnya kecewa.

“Ah .. Abang ini mimpi di siang bolong yah, untuk membeli susu formula anak kita saja kesulitan harus irit ini dan itu, bahkan untuk makan saja kita hanya pas-pasan, Abang jangan menghayal ketinggian “ selalu itu yang aku katakan pada suamiku saat itu.

Ingatanku melayang ke  masa itu,  di rumah mungil type RSS milik mertuaku yang kami tinggali awal kami memisahkan diri dari orang tua setelah berumah tangga, awal tahun 1995. Di rumah itu pula aku merasakan telah menjadi Ibu sekaligus Ibu rumah tangga yang sudah harus sepenuhnya menjalankan kewajibanku sebagai wanita sesungguhnya. Di loingkungan itu pula aku mulai mengenal dan belajar bersosial sebagai orang dewasa. Ah .. begitu manis dan penuh kenangan bila diingat cerita awal kami tinggal di sana.

Pikiranku seketika teringat masa yang paling menyedihkan dan mencekam. Krisis moneter tahun 1998, kerusuhan dimana-mana, pembakaran mall dan pertokoan, pemerkosaan, hal itu berimbas pada perekonomian negeri ini, dan berimbas juga pagi keluarga kecilku yang hanya mengandalkan gaji suami sebagai guru PNS yang saat itu terbilang jauh dari mencukupi, aku mengajar sana-sini juga demi untuk mencukupi kebutuhan kami, namun belum juga memadai, karena putra kecilku yang cerdas dan sehat sangat membutuhkan segala sesuatunya untuk perkembangannya. Karena dialah harta kami yang sangat berharga saat itu.

Beberapa bulan terkahir aku sering terkejut mendapatkan suamiku tidak ada di sampingku ketika terbangun di subuh hari. Hingga matahari mulai muncul di langit fajar tak kunjung kembali. Oh … rupanya suami sudah bergegas ke musholla yang ada dalam komplek kami tinggal. Dia tak  mau mengganggu tidurku karena masih terlalu dini hari dia bangun dan berangkat ke musholla itu.

Bukan hanya itu, setiap saat suamiku dengan dengan tekun membaca sebuah buku kecil pemberian ayah mertuaku, bukunya tidak terlalu tebal, simpel pula untuk dibaca sehingga itu selalu ada di saku baju koko suamiku. Manasik Haji, itu yang sempat kulihat dan sempat aku buka sekedar ingin tahu apa isi bacaan di buku itu.

“Bang … ngapaain sih baca buku itu terus ? seperti orang mau berangkat haji besok aja !“

kataku bila mendapati suamiku sedang semangat dan gembiranya kala membaca buku kecil tersebut bahkan sering kali melafalkan daa-doa yang tertulis di buku itu. Semakin aku geregetan dan bilang padanya

“Bang … ngimpi kali yah, untuk makan dan beli susu anak kita saja susah, Abang malah berhayal naek haji, udah ah bang aku mau bebenah rumah dulu, jangan cerita terus, aku pusing !“

Seketika aku tersentak dan beristighfar berkali-kali mengingat kejadian itu, rupanya barusan aku melamun. Pemimpin rombongan meminta kami segera turun dari Bus karena tujuan kita sudah sampai.

“ Subhanallah “  tubuhku bergetar,  kembali air mataku menetes

“ Ampuni segala dosaku ya Allah, yang tidak begitu yakin dengan janjiMu saat itu “

“ Ayo Dek, kita sudah sampai, seraya suamiku membereskan dan membawa barang-barang kami, aku mengikutinya dan menuntun putra kecil kami yang dengan gembira dan cerianya  menggenggam erat tanganku, putra kecil kami  tak mengerti saat ini kami berada dimana dan mau apa karena kepolosannya sebagi bocah usia 3 tahun.

“ Allahu Akbar, Ampuni segala dosaku ya Allah, Engkau telah menunjukkan kepadaku akan kuasaMU yang begitu dahsyat kepada kami “

Kami yang tak memiliki apa-apa, bahkan uang untuk sampai ke Rumahmu ini, untuk membayangkan saja menurutku tak pantas saat itu. Kini aku sangat yakin dan percaya akan janji dan kuasaMu

Musholla kecil itu tak ada yang berminat menyinggahinya, penuh debu dan kotoran hewan. Ayam, kambing, kucing berkeliaran dan bermain di dalamnya, dan tentunya sambil membuang kotorannya. Karena Hewan-hewan itu tak pernah tahu dan tak pernah mengerti ruang itu adalah rumahMu. Kami manusia yang telah diberi akal dan pikiran yang lebih sempurna yang hendaknya mengerti dan faham harus berbuat bagaimana. Keperihatinan kami akan kondisi tersebut mendorong kami untuk berbuat sebisa dan semampu kami agar rumahMu tetap terpelihara.

Hari itu Minggu di tahun 98, teriknya matahari membuat tubuhku bersimbah keringat sambil menyiapkan makan siang sambil dipenuhi tanda tanya

“Kemana suami dan putra kecilku ? hampir Zuhur mereka belum kembali ke rumah, padahal mereka keluar rumah sejak sebelum Subuh“

Tidak lama terdengar suara lamat-lamat azan zuhur, suara yang begitu jelas kukenali, ya .. itu suara suamiku , terdengar lewat toa masjid yang timbul tenggelam karena lama tak terpakai.  Selang beberapa menit, muncul lagi suara iqomat, wah … itu suara suamiku lagi .. hm dalam hatiku bertanya

“kenapa dia lagi yang iqomat ? apakah tidak ada jamaah lain ?”

Selang waktu beberapa menit kemudian, suami dan putraku kembali ke rumah dengan membawa seperangkat alat bersih bersih. Loh kok mereka kenapa membawa Ember, sapu dan kain pel ? juga setumpukkan sajadah kotor ? tanyaku dalam hati.

“ Bang .. kok lama ke mushollanya ? “ tanyaku ketika suami tiba di depan rumah mungil kami.

“ Iya, tadi sekalian bersih-bersih mushollahnya, Dek “

“ Oh ya, ini tolong sajadah-sajah ini dicuci bersih yah, kita khan ada mesin cuci, tinggal masukkan dan bilas berkali-kali sampai benar-benar yakin itu sudah suci “ lanjut suamiku

“ Kenapa dibawa semua Bang ? ‘

“ ntar gimana kalo ada yang mau pake sholat ? “ tanyaku masih keheranan.

“ Dek, Kasihan musholla itu, gak ada yang mengunjungi, sajadah-sajadah itu sudah kena kotoran hewan-hewan yang sering berkeliaran di sana “

“ Makanya, Abang tadi yang azan, lanjut iqomah dan sholat, jamaahnya Cuma Adhan, anak kita “ suamiku menjelaskan dengan wajah penuh keprihatinan. Dan mengajukan suatu permintaan padaku

“ Abang minta izin, untuk memelihara musholla itu, yah sekedar menyapu dan mngepel lantainya, siapa tahu kalau sudah bersih dan nyaman nanti banyak yang mau datang ke sana “ demikian ujarnya penuh harapan.

“ Baik Bang, semoga harapan kita terkabul “ aku mendukungnya

Suara temanku mengejutkanku rupaya sejak tadi aku terpaku memandang bangunan megah di hadapanku. Aku telah sampai di  Masjidil haram, Baitullah.

“ Bu Maksum, ayok kita masuk ke dalam ! “,

“ Ayo Bu bersama saya, karena Ibu baru pertama kali, biar saya yang temani Ibu, sebab saya sudah sering kali berkunjung ke sini, Alhamdulillah banyak mendapatkan kesempatan untuk  melaksanakan Umrah dan Haji “ katanya sambil menawarkan diri.

“ Adhan biar bersama papanya saja, karena kita akan berpisah dengan rombongan laki-laki” ujarnya

Hatiku tak berhenti berzikir dan mengucap syukur kepada Allah, perasaaan berada di puncak rasa senang, dan rasa syukur yang begitu dalam. Allah telah memberi hadiah dan nikmat terbesar padaku, suami juga anakku.

Telah Engkau selamatkan kami dari bencana krisis ekonomi. Engkau begitu sayangnya dengan putra kecil kami yang masih sangat ingin menikmati rasa susu, bahkan susu terbaik kami dapatkan di sini untuknya. Lewat tangan suamiku, Engkau beri jalan dengan bertugas sebagai tenaga pengajar di sekolah tempat anak-anak negeri kita menuntut ilmu.  ( Bersambung …. )

 

Menjelajah Dunia Anak

LAKUKAN HAL YANG BENAR, DAN BUKAN HAL YANG MUDAH UNTUK ANAK-ANAK KITA


DG

Sebagai orang tua, tugas kita adalah bukan melakukan hal yang mudah untuk anak-anak kita tetapi melakukan apa yang benar untuk mereka. Hendaknya kita menengok ke belakang apa yang telah menjadi penyebab kegagalan mereka. Terlalu mudah menyerah akan memberikan konsekuensi yang besar di kemudian hari.

Penundaan kepuasan atau kontrol diri merupakan salah satu teknik untuk melatih anak-anak kita dalam mengendalikan dirinya. Dunia kini yang serba instan menyebabkan anak-anak kita menjadi generasi yang mudah menyerah dan putus asa.

Suatu penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang bisa menunda kepuasan di awal kehidupan lebih mungkin memiliki ketekunan dalam meraih keberhasilan dalam hidup. Hal ini menunjukkan bahwa seringnya memberikan imbalan pada anak akan berdampak anak menjadi lebih mudah menyerah. Dan penundaan kepuasan adalah indikasi awal untuk kecenderungan disiplin diri. Anak-anak yang bisa menunda kepuasan lebih berhasil dalam ujian dan hanya memiliki sedikit masalah sosial.

Berikut adalah beberapa tips melatih pengendalian diri ( Penundaan Kepuasan ) pada anak-anak,

  1. Jadilah model pengendalian diri.

Tunjukkan pada anak-anak bagaimana kita tidak mudah menyerah pada semua keinginan.

  1. Bantu mereka berlatih.

Beri kesempatan pada anak untuk berlatih menunggu dengan sabar terhadap hal-hal yang mereka inginkan.

  1. Jangan menyerah untuk permintaan sehari-hari.

Hanya karena anak menginginkan sekarang, tidak berarti kita harus memenuhi keinginannya. Jangan mudah menyerah.

  1. Biarkan mereka berurusan dengan frustrasi sehingga mereka dapat mengajar dirinya sendiri.

Jangan buru-buru membuat anak sedih menjadi bahagia, biarkan mereka belajar bagaimana menghadapi frustrasi.

Tidak seharusnya kita membuat hal-hal mudah untuk anak-anak kita, kita perlu menyajikan masalah, memantau respon mereka dan memoderasi perilaku untuk waktu berikutnya.

belajar yuk !, Menjelajah Dunia Anak, Uncategorized

TEORI INTERPERSONAL SULLIVAN


Harry Stack Sullivan adalah orang pertama kelahiran Amerika Serikat yang mengembangkan teori kepribadian. Menurutnya kepribadian adalah pola yang relatif menetap dari situasi-situasi antar pribadi yang berulang, yang menjadi ciri kehidupan manusia. Kepribadian itu konstruk hipotesis yang hanya dapat diamati dalam konteks tingkah laku interpersonal. Sepanjang hayat setiap orang bergerak dalam lingkungan sosial, sejak bayi sudah terlibat dalam interaksi dengan orang lain, bahkan ketika orang sendirianpun, orang lain muncul dalam pikiran, perasaan dan fantasinya.
Sullivan tidak menyangkal pentingnya hereditas dan pematangan dalam membentuk dan membangun kepribadian, namun ia berpendapat apa yang khas manusiawi adalah interaksi sosial. Pengalaman hubungan antar pribadi telah merubah fungsi fisiologik organisme menjadi organisme sosial, bahkan sosialisasi telah mengubah proses biologik yang paling mendasar ( bernafas, pencernaan, eliminasi ). Psikiatri tidak dapat dipisahkan dari psikologi sosial.

DINAMIKA KEPRIBADIAN
Sullivan memandang kehidupan manusia sebagai system energi, dimana perhatian utamanya adalah bagaimana menghilangkan tegangan yang ditimbulkan oleh kebutuhan dan kecemasan. Energi dapat berwujud dalam bentuk tegangan ( tension ) atau dalam bentuk tingkah laku itu sendiri ( energy transformation )
a. Tegangan ( tension )
Tegangan adalah potensi untuk bertingkah laku yang disadari atau tidak disadari. Ada dua sumber tegangan utama, yakni tegangan-tegangan yang disebabkan oleh kebutuhan organisme, dan tegangan sebagai akibat dari kecemasan. Tegangan-tegangan dapat dianggap sebagai kebutuhan untuk mentransformasikan energi khusus yang akan menghilangkan tegangan, seringkali disertai dengan perubahan keadaan ‘jiwa’, yakni perubahan kesadaran, yang dapat kita sebut dengan istilah umum kepuasaan.

Sumber tegangan ada dua yaitu :
1)Kebutuhan (needs)
Kebutuhan yang pertama muncul adalah tegangan yang timbul akibat ketidakseimbangan biologis didalam diri individu atau ketidakmampuan fisikokimiawi antara individu dengan lingkungannya. Kebutuhan biologi dipuaskan dengan memberi pasokan yang dapat mengembalikan keseimbangan. Kepuasannya bersifat episodik, sesudah memperoleh kepuasan tegangan akan menurun atau menghilang, tetapi sesudah lewat waktu tertentu tegangan yang sama akan muncul kembali. Kebutuhan tersebut disebabkan oleh hubungan interpersonal . hubungan interpersonal yang terpenting adalah kelembutan kasih sayang (tenderness). Bayi mengembangkan kebutuhan untuk memperoleh kelembutan dari pelaku keibuan, tidak harus ibu kandung. Kelembutan kasih sayang membutuhkan aktivitas sekurang-kurangnya dua orang . Kelebutan kasih sayang adalah kebutuhan yang umum bagi semua orang, seperti kebutuhan makanan, oksigen dan air. Kebutuhan non biologis juga dapat dipuaskan melalui transormasi energy yakni: kegiatan fisik/tingkah laku, atau kegiatan mental mengamati, mengingat dan berfikir. Memuaskan kebutuhan dapat menghilangkan tension. Kegagalan memuaskan need, kalau berkepanjangan dapat menimbulkan keadaan apathy (kelesuan) yaitu bentuk penundaan kebutuhan untuk meredakan tegangan secara umum.
2)Kecemasan (Anxiety)
Menurut Sullivan Kecemasan atau rasa cemas adalah sebuah tegangan yang berlawanan dengan tegangan-tegangan kebutuhan dan memerlukan tindakan yang tepat untuk bisa melepaskannya. kecemasan lahir berasal dari transfer dari orangtua kepada bayi lewat proses empati. Sullivan menekankan bahwa rasa cemas dan kesepian adalah keunikan diantara segala pengalaman, yaitu bahwa pengalaman-pengalaman ini sungguh-sungguh tidak diinginkan dan diharapkan. Sullivan membedakan rasa cemas dari rasa takut dalam beberapa hal. Pertama, rasa cemas biasanya berasal dari situasi-situasi hubungan antarpribadi yang kompleks, dan hadir dalam kesadaran hanya secara samar-samar. Rasa takut lebih mudah dibedakan dan asal usulnya lebih mudah ditemukan. Kedua, rasa cemas tidak mempunyai nilai positif. Ketiga, rasa cemas menghalangi pemuasan kebutuhan, sementara rasa takut membantu manusia untuk memenuhi kebutuhan.

b. Tranformasi Energi
Transformasi energy adalah tegangan yang ditransformasikan menjadi tingkahlaku, baik tingkahlaku terbuka maupun tertutup. Tingkahlaku hasil transformasi itu meliputi gerakan yang kasat mata, dan kegiatan mental seperti perasaan, fikiran, persepsi, dan ingatan. Bentuk-bentuk kegiatan yang dapat mengurangi tegangan dapat dipelajari dan ditentukan oleh masyarakat dimana orang itu dibesarkan. Apa yang ditemukan pada masa lalu seseorang adalah tegangan-tegangan dan pola transformasi energi untuk meredakannya, yang menjadi sarana pendidikan menyiapkan anak menjadi anggota masyarakatnya.

STRUKTUR KEPRIBDIAN
Sullivan tegas memandang sifat dinamik kepribadian, sehingga merendahkan konsep id-ego-superego-dan lain-lain. Yang membuat kepribadian menjadi statis atau stabil. Namun ternyata dia juga memberi tempat penting dalam teorinya beberapa aspek kepribadian yang nyata-nyata stabil dalam waktu yang lama: dinamisme, personifikasi, system self, dan proses kognitif.
a.Dinamisme
Transformasi-transformasi energi menjadi terorganisasikan sebagai pola-pola tingkah laku tipikal yang mencirikan perilaku seseorang di sepanjang hidup mereka. Sullivan menyebut pola perilaku tersebut sebagai dinamisme (karakter atau pola kebiasaan). Dinamisme memiliki dua kelas utama: pertama, kelas yang terkait dengan zona-zona spesifik tubuh seperti mulut, anus,dan alat kelamin. Kedua, kelas yang terkait dengan tegangan-tegangan. Kelas yang kedua ini terdiri atas tiga kategori yaitu : dinamisme-dinamisme disjungtif yang mencakup perilaku-perilakuyang destruktif yang berkaitan dengan kedengkian , dinamisme-dinamisme isolatif yang mencakup pola-pola perilaku (seperti nafsu) yang tidak berkaitan dengan hubungan-hubungan antarpribadi , dan dinamisme-dinamisme konjungtif yang mencakup pola-pola perilaku yang berfaedah seperti keintiman dan sistem-diri.

  • Kedengkian adalah dinamisme disjungtif/pemisahan-diri yang mengkristal dalam bentuk niat jahat dan rasa benci, dicirikan oleh perasaan seperti hidup di antara musuh, rasa dengki muncul dari usia 2 atau 3 tahun saat tidakan-tindakan anak yang mengharapkan kelembutan ibu ditolak, diabaikan atau berhadapan dengan rasa cemas dan rasa sakit. Tindakan-tindakan dendam seringkali mengambil bentuk kecemasan, kesadisan, kenakalan, atau jenis-jenis perilaku asosial lainnya
  • Keintiman tumbuh dari kebutuhan akan kelembutan namun lebih spesifik dan melibatkan hubungan antarpribadi yang dekat antara dua orang yang kurang lebih setara statusnya. Keintiman tidak boleh dicampuradukkan dengan ketertarikan seksual karena berkembang sebelum masa pubertas khususnya pada masa praremaja dan biasanya hadir diantara dua anak yang masing-masing melihat yang lain sebagai pribadi yang memiliki nilai setara. Keintiman merupakan sebuah dinamisme yang menyatukan (integratif) yang cenderung menyimpulkan reaksi-reaksi cinta dari orang lain sehingga dapat menurunkan tingkat kecemasan dan kesepian.
  • Berahi ( nafsu ) adalah sebuah kecenderungan yang mengisolasi (isolatif). Dia memanifestasikan diri sebagai perilaku auto-erotis, bahkan meskipun orang lain menjadi objek dari nafsu seseorang. Berahi adalah dinamisme yang sangat kuat selama masa remaja dan seringkali dapat mengarah pada penurunan kepercayaan diri karena seringkali upaya untuk menyalurkan aktivitas Berahi ditentang oleh orang lain sehingga semakin meningkatkan rasa cemas dan menurunkan perasaan harga-diri.
  • Sistem-Diri (Self-System) adalah sebuah pola perilaku yang konsisten yang mempertahankan rasa aman hubungan antarpribadi manusia dengan melindungi diri mereka dari rasa cemas. Sistem diri merupakan dinamisme konjungtif yang muncul dari situasi antarpribadi. Sistem diri berkembang lebih awal daripada keintiman yaitu sekitar usia 12 sampai 18 bulan seiring dengan perkembangan intelegensi dan kemampuan pemprediksian. Pada masa itu anak mulai bisa belajar perilaku-perilaku mana yang dapat menurunkan tingkat kecemasan. Ketika sistem diri berkembang, manusia mulai membentuk sebuah gambaran yang konsisten dengan diri mereka sendiri. Karena itu apapun pengalaman antarpribadi yang mereka pahami bertentangan dengan harga-diri lanngsung diartikan mengancam rasa aman mereka sehingga manusia berusaha memepertahankan diri mereka dari tegangan-tegangan antarpribadi melalui pengoprasian rasa aman (security oerations). Manusia cenderung menolak atau mendistorsi pengalaman antarpribadi apapun yang berkonflik dengan harga diri mereka. dua pengoperasian rasa aman terpenting yaitu : disosiasi/penjarakan yang mencakup impuls-impuls, hasrat-hasrat, dan kebutuhan-kebutuhan yang ditolak untuk masuk kedalam kesadaran. Yang kedua ketidakpedulian-selektif (selective inatention), adalah penolakan untuk melihat hal-hal yang tidak ingin dilihat.

PERSONIFIKASI
Manusia mencapai gambaran-gambaran tertentu tentang diri mereka dan orang lain, gambaran tersebut dinamakan personifikasi. Personifikasi bisa akurat dan bisa juga tidak karena selalu diwarnai oleh kecemasan dan kebutuhan orang lain juga sehingga bisa terdistorsi dengan kasar dan buram. Sullivan mengemukakan tiga personifikasi pada masa bayi yaitu ibu-jahat, ibu-baik, dan “ saya ”. Selain itu beberapa anak pada masa kanak-kanak memiliki personifikasi eidetik.

ibu-Jahat, Ibu-Baik (Bad-Mother, Good-Mother)
Personifikasi ibu-jahat tumbuh dari pengalaman-pengalaman bayi dengan puting yang buruk yaitu puting yang tidak memuaskan rasa lapar, entah putting itu melekat pada ibu atau botol susu yang dipegang oleh ibu, ayah maupun pengasuh, ini bukan gambar akurat ibu yang “nyata” melainkan hanya representasi bayi karena tidak diberi makan dengan baik. Personifikasi ibu-baik didasarkan pada perilaku lembut dan kooperatif dari ibu-pengasuh. Akan tetapi menurut sullivan , sampai bayi mengembangkan bahasa, kedua gambaran ibu yang bertentangan ini dapat dapat hadir bersamaan dengan mudah.
Personnifikasi “ saya ”
Selama periode pertengahan bayi, seorang bayi memerlukan tiga personifikasi “ saya ”, yaitu: personifikasi saya jahat, lahir dari pengalaman-pengalaman dihukun dan tidak disetujui yang diterima bayi dari ibu pengasuh mereka,  personifikasi saya baik, lahir dari pengalaman bayi dengan penghargaan (reward) dan persetujuan dari ibu pengasuhnya,  personifikasi bukan saya lahir ketika bayi mengalami kecemasan yang berat ditambah pengalaman-pengalaman keterjarakan dan tidak dipedulikan terkait dengan kecemasan tersebut.

Personifikasi Eidetik
Yaitu karakter tidak realistik atau teman imajiner yang banyak ditemukan anak dalam rangka melindungi rasa percaya diri mereka, menurut sullivan teman imajiner tersebut dapat sama signifikannya dengan teman yang nyata bagi kesehatan perkembangan anak. Personifikasi eidetik dapat pula terdapat pada orang dewasa.

TINGKAT KOGNISI
Sumbangan yang unik dari Sullivan tentang peranan kognisi atau pengetahuan dalam hubungannya dengan kepribadian. Sullivan membagi tingkatan kognisi menjadi tiga tingkatan yang mengacu kepada cara-cara mengamati, membayangkan dan memahami, yaitu: prototaksis, parataksis dan sintaksis
Tingkat Prototaksis
Pengalaman-pengalaman paling dini dan primitif mengenai bayi berlangsung di tingkatan prototaksis. Karena sulit dikomunikasikan dengan orang lain, pengalaman ini tidak dapat dilukiskan dan didefinisikan dengan tepat. Pada orang dewasa pengalaman ini berbentuk sensasi-sensasi, imaji-imaji, perasaan-perasaan, suasana hati-suasana hatidan impresi-impresi sesaat.biasanya hanya dapat dipahami secara samar dan bahkan tenggelam dalam alam bawah sadar.

Tingkatan Parataksis
Bersifat pralogis dan biasanya muncul ketika seseorang mengasumsikan sebuah hubungan sebab akibat. Kognisi ini dapat dikomunikasikan dengan orang lain, dalam bentuk yang telah terdistorsi. Contoh pemikiran parataksisterjadi ketika seorang anak dikondisikan untuk berkata “tolong” agar dapat memperoleh permen.jika kata=kata “permen” dan “tolong” muncul bersamaan beberapa kali, maka si anak akan mengasumsikan bahwa permintaannya itulah yang menyebabkan kemunculan permen.

Tingkatan Sintaksis
Adalah pengalaman-pengalaman konsensual yang valid dan dapat dikomunikasikan secara simbolis terjadi di tingkatan sintaksis. Pengalaman yang konsensual dan valid adalah pengalaman yang maknanya disetujui dua orang atau lebih.

TAHAPAN PERKEMBANGAN
Sullivan membagi usia manusia menjadi tujuh tahap perkebangan yang masing-masing krusial bagi pembentukan kepribadian manusia. Tali hubungan interpesonal terulur sepanjang tahapan-tahapan itu, orang lain sangat dibutuhkan untuk perkembangan seseorang dari masa bayi hingga dewasa matang. Perubahan kepribadian dapat terjadi kapan saja, tetapi yang paling sering terjadi pada masa transisi dari tahap satu ke tahap berikutnya. Pengalaman disosiasi dan inatensi selektif yang terjadi sepanjang periode tertentu, pada periode transisi mungkin masuk ke dalam sistem self, dan siap mempengaruhi perkembangan pada periode berikutnya.

Masa Bayi
Dimulai saat kelahiran sampai anak dapat mengembangkan ujaran yang terartikulasikan atau sintaksis,biasanya sekitar 18 sampai 24 bulan. Sullivan yakin bahwa bayi dapat menjadi manusia melalui kelembutan yang diterimanya dari ibu-pengasuh.
Masa Kanak-Kanak
Dimulai dengan datangnya bahasa sintaksis dan terus berlanjut sampai adanya kebutuhan akan rekan bermain yang statusnya setara. Pada tahap ini personifikasi ganda ibu telah bergabung menjadi satu, dan persepsi akan tentang ibu lebih kongruen dan riil. Selama masa kanak-kanak emosi menjadi timbal-balik: seorang anak sanggup memberikan kembali kelembutan sebanyak yang sudah diterimanya. Pada tahap ini biasanya seorang anak memiliki teman imajiner dan menurut Sullivan teman imajiner pada tahap ini bukanlah tanda ketidakstabilan anak. Sullivan juga menyebutkan bahwa masa kanak-kanak sebagai periode akulturasi yang cepat, selain menguasai bahasa, anak juga belajar pola-pola budaya sebersihan, toilet training, kebiasaan makan den peran yang diharapkan dari setiap jenis kelamin.mereka juga belajar dua proses penting lainnya yaitu dramatisasi (upaya bertindak atau bersuara seperti figur-figur otoritas yang signifikan), dan penyibukan-diri (strategi yang digunakan untuk menghindari kecemasan dan rasa takut)

Masa Anak Muda / Juvenil
Dimulai dengan kemunculan kebutuhan akan teman sebaya atau teman bermain yang status dan tujuannya samayaituuntuk memuaskan kebutuhan akan keintiman. Selama tahap anak muda, seorang anak belajar berkompetisi, berkompromi, dan bekerja sama. Pada akhir tahap anak muda, seorang anak mestinya mengembangkan sebuah orientasi menuju kehidupan yang membuatnya lebih mudah untuk menangani secarakonsisten rasa cemas, memuaskan kebutuhan zonal dan kelembutan, dan menetapkan tujuan yang didasarkan pada memori dan prediksi.

Masa Praremaja
Dimulai pada usia sekitar 8,5 tahun dan berakhir dengan masa remaja, sebuah masa keintiman dengan seseorang, biasanya yang sama jenis kelaminnya dengan ketertarikan yang sejati, berbeda dengan masa sebelumnya ketika anak-anak lebih egosentris, dimana persahabatannya didasarkan pada kepentingan dirinya sendiri. Sullivan menyebut proses menjadi makhluk sosial ini “keajaiban tersembunyi praremaja”, merujuk pada transformasi kepribadian yang dialaminya sendiri selama masa praremajanya. Sullivan percaya bahwa masa praremaja adalah masa yang paling tidak terganggu dan masa yang bebas. Figur orangtua masih signifikan, meskipun sekarang dilihat dalam cahaya yang lebih realistik. Pengalaman selama praremaja sangat kritis bagi perkembangan masa depan kepribadian.jika anak tidak belajar keintiman pada masa ini, dia akan mengalami kesulitan yang serius dalam hubungan antarpribadi selanjutnya.

Masa Remaja Awal
Dimulai dari pubertas dan berakhir dengan kebutuhan akan cinta seksual terhadap seorang pribadi. Masa ini ditandai dengan meledaknya ketertarikan genital dan datangnya hubungan yang sarat nafsu. Kebutuhan akan keintiman masih berlanjut akan tetapi sekarang ditemani oleh sebuah kebutuhan yang paralel namun terpisah yaitu nafsu. Masih ditambah lagi kebutuhan untuk bebas dari kecemasan yang masih tetap berlanjut sehingga menyebabkan masa remaja berpotensi besar stress dan konflik.

Masa Remaja Akhir
Dimulai saat remaja dapat merasakan nafsu dan keintiman terhadap satu orang yang sama dan berakhir saat dewasa dimana mereka sanggup membangun sebuah hubungan cinta yang abadi. Ciri utama masa remaja akhir adalah penyatuan antara keintiman dan nafsu. Upaya-upaya eksplorasi diri pada masa remaja awal yang penuh masalah berkembang menjadi suatu pola aktivitas seksual yang stabil, yang didalamnya pribadi yang dicintai sekaligus bisa diterima sebagai objek bagi ketertarikan nafsu. Dua pribadi dari jenis kelamin yang berbeda tidak lagi diinginkan hanya semata-mata sebagai objek seks melainkan sebagai pribadi yang sanggup dicintai tanpa rasa egois.

Masa Dewasa
Kesuksesan menyelesaikan tahap remaja akhir memuncak pada masa dewasa, sebuah periode dimana orang dapat membangun sebuah hubungan cinta minimal dengan satu pribadi yang signifikan. Sullivan menyebutkan “keintiman yang dikembangkan dengan sangat tinggi terhadap orang lain bukan hal yang utama dalam hidup, tetapi mungkin sumber utama kepuasan dalam hidup.”

KESIMPULAN
Teori Sullivan cukup komprehensif, yang menjadi kekuatan teorinya adalah memakai interrelasi atau hubungan interpersonal sebagai fokus analisis kepribadian, apa saja unsur yang menetap dalam kepribadiannya, bagaimana dinamika dan perkembangan kepribadiannya, semua dikembalikan pada hubungan interpersonal. Teorinya mudah dicerna dan mudah dipraktekkan tanpa resiko kesalahan yang tak terduga. Guru/pendidik, pekerja sosial dan orang tua dapat menjadikan konsep-konsepnya sebagai arahan bagaimana membangun hubungan dengan anak-anak, bahkan ketika hanya menguasai sepotong dari teori ini, kita sudah dapat mengambil manfaatnya. Sekurang-kurangnya , perhatian untuk mengembangkan pola hubungan interpersonal yang sintaksis dengan siapa saja sudah membuat tingkah laku menjadi positif terhadap perkembangan jiwa yang sehat dari siapapun. Kita dapat mengambil pelajaran dari teori ini bahwa pentingnya orang tua terutama ibu memberikan perhatian yang penuh kepada bayi sejak dilahirkan, pembentukan attachment ( ikatan bathin ) di bulan-bulan pertama kehadiran di dunia adalah masa yang amat penting agar bayi merasa terpuaskan dengan apa yang dia butuhkan, sehingga terbentuk personifikasi yang baik tentang “Ibu”. Kualitas hubungan antara Ibu dan anak ( bayi ) tidak hanya ditentukan dengan jumlah kehadiran ibu ketika bayi membutuhkannya, akan tetapi ketulusan, keikhasan dari sang ibu amat penting, Kecemasan yang diderita ibu akan menghalangi/mengurangi kualitas kedekatan bayi dengan ibu, Ibu yang mengalami kecemasan akan menyatakannya pada wajahnya, irama katanya, dan tingkah lakunya, dan bayi akan terinduksi kecemasan seperti yang dirasakan oleh ibunya. Demikian selanjutnya ketika anak tumbuh menjadi remaja kecemasan itu akan tersimpan dan tentunya menghambat perkembangan kepribadiannya tentunya akan menghambat belajar dan prestasinya. Hubungan interpersonal anak dengan lingkungan sosialnya juga berpengaruh terhadap prkembangan kepribadiannya, anak-anak yang luas pergaulan dan banyak memiliki teman rata-rata berprestasi baik karena dengan keceriaan mereka akan memudahkan mereka dalam belajar baik ilmu pengetahuan atau pengembangan aktivitas sosial. Sebaliknya anak yang pemurung, menyendiri dan sulit bergaul cenderung berpikiran negatif sehingga mengganggu dan menghambat kegiatan belajarnya. Kepribadian anak berkembang sesuai bagaimana orang lain memperlakukan mereka, pengalaman pertama bayi dipelukan dan dipangkuan ibu ketika lahir dan tatapan mata ibu dengan penuh kasih sayang dan kelembutan ketika menyusuinya telah membentuk gambarannya tentang “ ibu baik “ bila hubungan ini tetap terjalin dan terjaga maka sang anak akan mengembangkan kepribdian yang baik untuk tahap-tahap selanjutnya. Pengalaman-pengalaman hukuman dan ketidaksetujuan serta penolakan yang diterima bayi dari mereka yang keibuan akan membentuk personifikasi “ saya buruk “ karena kecemasan, meskipun kebutuhannya terpuaskan/terpenuhi tapi tidak mengurangi atau menghilangkan ketegangan. Terlebih lagi jika bayi tidak terpuaskan, ditolak serta disiksa akan membentuk personifikasi “ bukan saya “. Demikian pentingnya pengalam-pengalaman hubungan interpersonal bayi sejak dilahirkan hingga dewasa dan pengaruhnya terhadap perkembangan kepribadian. Manfaatkan moment special bersama buah hati kita. Berikan kasih sayang dan kelembutan serta jalin komunikasi yang baik dan berkualitas agar mereka tumbuh dan berkembang menjadi anak-anak yang bebas masalah, berkepribadian baik dan membanggakan.

Menjelajah Dunia Anak

Mama … aku masih kangen !


Kita bisa banyak belajar dari anak-anak, ilmu baru dari pengalaman-penglaman baru bersama anak-anak. Anak bersekolah dengan sistem semi militer, kita orang tua dituntut bisa menyesuaikan diri juga, harus bergerak cepat seefektif dan seefisien mungkin dengan waktu yang tersedia.

” Ma… sabtu aku IB, sampe rumah kita ke Gramedia yah..harus cari buku sebagai literatur makalah presentasi, besok pagi anterin aku cari komponen listrik, trus ke rumah sepupu untuk pinjam buku referensi lain yang mendukung, habis zuhur aku balik asrama, jangan sampe telat nanti kena sangsi ” ohhh … kapan dong kita ngobrolnya ??

waktu berlalu begitu cepat bagaikan kereta express.
pukul 19.00 tiba di rumah, makan malam lanjut ke Gramdia dan sekedar jajan Pitza waktu sudah menunjukkan pukul 23.00.
Sampai rumah  ” ma … temani aku yah membuat makalah karena balik asrama nanti sudah harus selesai” kami tidak tidur semalaman menyusun makalah.

Ga terasa hari sudah pagi, ” ma .. ayok kita ke toko elektronik untuk membeli beberapa komponen listrik ” baru selesai membeli beberapa komponen waktu sudah menunjukkan pukul 13.00, tancap gas lanjut ke rumah sepupu, mengutarakan tujuan bertemu, ngobrol sebentar…teeeetttttt waktu IB sudah habis, harus segera kembali ke asrama

” Ma … aku sudah harus kembali ke asrama, gak terasa ya .. kita belum sempat ngobrol banyak dan duduk bersama, tapi sudah harus berpisah … ”
Tak mengapa …. demi masa depanmu, semangat terus yah. Perjumpaan kita berikutnya semoga bisa lebih lama bersama dan bercerita.