belajar yuk !, Menjelajah Dunia Anak, Uncategorized

TEORI INTERPERSONAL SULLIVAN


Harry Stack Sullivan adalah orang pertama kelahiran Amerika Serikat yang mengembangkan teori kepribadian. Menurutnya kepribadian adalah pola yang relatif menetap dari situasi-situasi antar pribadi yang berulang, yang menjadi ciri kehidupan manusia. Kepribadian itu konstruk hipotesis yang hanya dapat diamati dalam konteks tingkah laku interpersonal. Sepanjang hayat setiap orang bergerak dalam lingkungan sosial, sejak bayi sudah terlibat dalam interaksi dengan orang lain, bahkan ketika orang sendirianpun, orang lain muncul dalam pikiran, perasaan dan fantasinya.
Sullivan tidak menyangkal pentingnya hereditas dan pematangan dalam membentuk dan membangun kepribadian, namun ia berpendapat apa yang khas manusiawi adalah interaksi sosial. Pengalaman hubungan antar pribadi telah merubah fungsi fisiologik organisme menjadi organisme sosial, bahkan sosialisasi telah mengubah proses biologik yang paling mendasar ( bernafas, pencernaan, eliminasi ). Psikiatri tidak dapat dipisahkan dari psikologi sosial.

DINAMIKA KEPRIBADIAN
Sullivan memandang kehidupan manusia sebagai system energi, dimana perhatian utamanya adalah bagaimana menghilangkan tegangan yang ditimbulkan oleh kebutuhan dan kecemasan. Energi dapat berwujud dalam bentuk tegangan ( tension ) atau dalam bentuk tingkah laku itu sendiri ( energy transformation )
a. Tegangan ( tension )
Tegangan adalah potensi untuk bertingkah laku yang disadari atau tidak disadari. Ada dua sumber tegangan utama, yakni tegangan-tegangan yang disebabkan oleh kebutuhan organisme, dan tegangan sebagai akibat dari kecemasan. Tegangan-tegangan dapat dianggap sebagai kebutuhan untuk mentransformasikan energi khusus yang akan menghilangkan tegangan, seringkali disertai dengan perubahan keadaan ‘jiwa’, yakni perubahan kesadaran, yang dapat kita sebut dengan istilah umum kepuasaan.

Sumber tegangan ada dua yaitu :
1)Kebutuhan (needs)
Kebutuhan yang pertama muncul adalah tegangan yang timbul akibat ketidakseimbangan biologis didalam diri individu atau ketidakmampuan fisikokimiawi antara individu dengan lingkungannya. Kebutuhan biologi dipuaskan dengan memberi pasokan yang dapat mengembalikan keseimbangan. Kepuasannya bersifat episodik, sesudah memperoleh kepuasan tegangan akan menurun atau menghilang, tetapi sesudah lewat waktu tertentu tegangan yang sama akan muncul kembali. Kebutuhan tersebut disebabkan oleh hubungan interpersonal . hubungan interpersonal yang terpenting adalah kelembutan kasih sayang (tenderness). Bayi mengembangkan kebutuhan untuk memperoleh kelembutan dari pelaku keibuan, tidak harus ibu kandung. Kelembutan kasih sayang membutuhkan aktivitas sekurang-kurangnya dua orang . Kelebutan kasih sayang adalah kebutuhan yang umum bagi semua orang, seperti kebutuhan makanan, oksigen dan air. Kebutuhan non biologis juga dapat dipuaskan melalui transormasi energy yakni: kegiatan fisik/tingkah laku, atau kegiatan mental mengamati, mengingat dan berfikir. Memuaskan kebutuhan dapat menghilangkan tension. Kegagalan memuaskan need, kalau berkepanjangan dapat menimbulkan keadaan apathy (kelesuan) yaitu bentuk penundaan kebutuhan untuk meredakan tegangan secara umum.
2)Kecemasan (Anxiety)
Menurut Sullivan Kecemasan atau rasa cemas adalah sebuah tegangan yang berlawanan dengan tegangan-tegangan kebutuhan dan memerlukan tindakan yang tepat untuk bisa melepaskannya. kecemasan lahir berasal dari transfer dari orangtua kepada bayi lewat proses empati. Sullivan menekankan bahwa rasa cemas dan kesepian adalah keunikan diantara segala pengalaman, yaitu bahwa pengalaman-pengalaman ini sungguh-sungguh tidak diinginkan dan diharapkan. Sullivan membedakan rasa cemas dari rasa takut dalam beberapa hal. Pertama, rasa cemas biasanya berasal dari situasi-situasi hubungan antarpribadi yang kompleks, dan hadir dalam kesadaran hanya secara samar-samar. Rasa takut lebih mudah dibedakan dan asal usulnya lebih mudah ditemukan. Kedua, rasa cemas tidak mempunyai nilai positif. Ketiga, rasa cemas menghalangi pemuasan kebutuhan, sementara rasa takut membantu manusia untuk memenuhi kebutuhan.

b. Tranformasi Energi
Transformasi energy adalah tegangan yang ditransformasikan menjadi tingkahlaku, baik tingkahlaku terbuka maupun tertutup. Tingkahlaku hasil transformasi itu meliputi gerakan yang kasat mata, dan kegiatan mental seperti perasaan, fikiran, persepsi, dan ingatan. Bentuk-bentuk kegiatan yang dapat mengurangi tegangan dapat dipelajari dan ditentukan oleh masyarakat dimana orang itu dibesarkan. Apa yang ditemukan pada masa lalu seseorang adalah tegangan-tegangan dan pola transformasi energi untuk meredakannya, yang menjadi sarana pendidikan menyiapkan anak menjadi anggota masyarakatnya.

STRUKTUR KEPRIBDIAN
Sullivan tegas memandang sifat dinamik kepribadian, sehingga merendahkan konsep id-ego-superego-dan lain-lain. Yang membuat kepribadian menjadi statis atau stabil. Namun ternyata dia juga memberi tempat penting dalam teorinya beberapa aspek kepribadian yang nyata-nyata stabil dalam waktu yang lama: dinamisme, personifikasi, system self, dan proses kognitif.
a.Dinamisme
Transformasi-transformasi energi menjadi terorganisasikan sebagai pola-pola tingkah laku tipikal yang mencirikan perilaku seseorang di sepanjang hidup mereka. Sullivan menyebut pola perilaku tersebut sebagai dinamisme (karakter atau pola kebiasaan). Dinamisme memiliki dua kelas utama: pertama, kelas yang terkait dengan zona-zona spesifik tubuh seperti mulut, anus,dan alat kelamin. Kedua, kelas yang terkait dengan tegangan-tegangan. Kelas yang kedua ini terdiri atas tiga kategori yaitu : dinamisme-dinamisme disjungtif yang mencakup perilaku-perilakuyang destruktif yang berkaitan dengan kedengkian , dinamisme-dinamisme isolatif yang mencakup pola-pola perilaku (seperti nafsu) yang tidak berkaitan dengan hubungan-hubungan antarpribadi , dan dinamisme-dinamisme konjungtif yang mencakup pola-pola perilaku yang berfaedah seperti keintiman dan sistem-diri.

  • Kedengkian adalah dinamisme disjungtif/pemisahan-diri yang mengkristal dalam bentuk niat jahat dan rasa benci, dicirikan oleh perasaan seperti hidup di antara musuh, rasa dengki muncul dari usia 2 atau 3 tahun saat tidakan-tindakan anak yang mengharapkan kelembutan ibu ditolak, diabaikan atau berhadapan dengan rasa cemas dan rasa sakit. Tindakan-tindakan dendam seringkali mengambil bentuk kecemasan, kesadisan, kenakalan, atau jenis-jenis perilaku asosial lainnya
  • Keintiman tumbuh dari kebutuhan akan kelembutan namun lebih spesifik dan melibatkan hubungan antarpribadi yang dekat antara dua orang yang kurang lebih setara statusnya. Keintiman tidak boleh dicampuradukkan dengan ketertarikan seksual karena berkembang sebelum masa pubertas khususnya pada masa praremaja dan biasanya hadir diantara dua anak yang masing-masing melihat yang lain sebagai pribadi yang memiliki nilai setara. Keintiman merupakan sebuah dinamisme yang menyatukan (integratif) yang cenderung menyimpulkan reaksi-reaksi cinta dari orang lain sehingga dapat menurunkan tingkat kecemasan dan kesepian.
  • Berahi ( nafsu ) adalah sebuah kecenderungan yang mengisolasi (isolatif). Dia memanifestasikan diri sebagai perilaku auto-erotis, bahkan meskipun orang lain menjadi objek dari nafsu seseorang. Berahi adalah dinamisme yang sangat kuat selama masa remaja dan seringkali dapat mengarah pada penurunan kepercayaan diri karena seringkali upaya untuk menyalurkan aktivitas Berahi ditentang oleh orang lain sehingga semakin meningkatkan rasa cemas dan menurunkan perasaan harga-diri.
  • Sistem-Diri (Self-System) adalah sebuah pola perilaku yang konsisten yang mempertahankan rasa aman hubungan antarpribadi manusia dengan melindungi diri mereka dari rasa cemas. Sistem diri merupakan dinamisme konjungtif yang muncul dari situasi antarpribadi. Sistem diri berkembang lebih awal daripada keintiman yaitu sekitar usia 12 sampai 18 bulan seiring dengan perkembangan intelegensi dan kemampuan pemprediksian. Pada masa itu anak mulai bisa belajar perilaku-perilaku mana yang dapat menurunkan tingkat kecemasan. Ketika sistem diri berkembang, manusia mulai membentuk sebuah gambaran yang konsisten dengan diri mereka sendiri. Karena itu apapun pengalaman antarpribadi yang mereka pahami bertentangan dengan harga-diri lanngsung diartikan mengancam rasa aman mereka sehingga manusia berusaha memepertahankan diri mereka dari tegangan-tegangan antarpribadi melalui pengoprasian rasa aman (security oerations). Manusia cenderung menolak atau mendistorsi pengalaman antarpribadi apapun yang berkonflik dengan harga diri mereka. dua pengoperasian rasa aman terpenting yaitu : disosiasi/penjarakan yang mencakup impuls-impuls, hasrat-hasrat, dan kebutuhan-kebutuhan yang ditolak untuk masuk kedalam kesadaran. Yang kedua ketidakpedulian-selektif (selective inatention), adalah penolakan untuk melihat hal-hal yang tidak ingin dilihat.

PERSONIFIKASI
Manusia mencapai gambaran-gambaran tertentu tentang diri mereka dan orang lain, gambaran tersebut dinamakan personifikasi. Personifikasi bisa akurat dan bisa juga tidak karena selalu diwarnai oleh kecemasan dan kebutuhan orang lain juga sehingga bisa terdistorsi dengan kasar dan buram. Sullivan mengemukakan tiga personifikasi pada masa bayi yaitu ibu-jahat, ibu-baik, dan “ saya ”. Selain itu beberapa anak pada masa kanak-kanak memiliki personifikasi eidetik.

ibu-Jahat, Ibu-Baik (Bad-Mother, Good-Mother)
Personifikasi ibu-jahat tumbuh dari pengalaman-pengalaman bayi dengan puting yang buruk yaitu puting yang tidak memuaskan rasa lapar, entah putting itu melekat pada ibu atau botol susu yang dipegang oleh ibu, ayah maupun pengasuh, ini bukan gambar akurat ibu yang “nyata” melainkan hanya representasi bayi karena tidak diberi makan dengan baik. Personifikasi ibu-baik didasarkan pada perilaku lembut dan kooperatif dari ibu-pengasuh. Akan tetapi menurut sullivan , sampai bayi mengembangkan bahasa, kedua gambaran ibu yang bertentangan ini dapat dapat hadir bersamaan dengan mudah.
Personnifikasi “ saya ”
Selama periode pertengahan bayi, seorang bayi memerlukan tiga personifikasi “ saya ”, yaitu: personifikasi saya jahat, lahir dari pengalaman-pengalaman dihukun dan tidak disetujui yang diterima bayi dari ibu pengasuh mereka,  personifikasi saya baik, lahir dari pengalaman bayi dengan penghargaan (reward) dan persetujuan dari ibu pengasuhnya,  personifikasi bukan saya lahir ketika bayi mengalami kecemasan yang berat ditambah pengalaman-pengalaman keterjarakan dan tidak dipedulikan terkait dengan kecemasan tersebut.

Personifikasi Eidetik
Yaitu karakter tidak realistik atau teman imajiner yang banyak ditemukan anak dalam rangka melindungi rasa percaya diri mereka, menurut sullivan teman imajiner tersebut dapat sama signifikannya dengan teman yang nyata bagi kesehatan perkembangan anak. Personifikasi eidetik dapat pula terdapat pada orang dewasa.

TINGKAT KOGNISI
Sumbangan yang unik dari Sullivan tentang peranan kognisi atau pengetahuan dalam hubungannya dengan kepribadian. Sullivan membagi tingkatan kognisi menjadi tiga tingkatan yang mengacu kepada cara-cara mengamati, membayangkan dan memahami, yaitu: prototaksis, parataksis dan sintaksis
Tingkat Prototaksis
Pengalaman-pengalaman paling dini dan primitif mengenai bayi berlangsung di tingkatan prototaksis. Karena sulit dikomunikasikan dengan orang lain, pengalaman ini tidak dapat dilukiskan dan didefinisikan dengan tepat. Pada orang dewasa pengalaman ini berbentuk sensasi-sensasi, imaji-imaji, perasaan-perasaan, suasana hati-suasana hatidan impresi-impresi sesaat.biasanya hanya dapat dipahami secara samar dan bahkan tenggelam dalam alam bawah sadar.

Tingkatan Parataksis
Bersifat pralogis dan biasanya muncul ketika seseorang mengasumsikan sebuah hubungan sebab akibat. Kognisi ini dapat dikomunikasikan dengan orang lain, dalam bentuk yang telah terdistorsi. Contoh pemikiran parataksisterjadi ketika seorang anak dikondisikan untuk berkata “tolong” agar dapat memperoleh permen.jika kata=kata “permen” dan “tolong” muncul bersamaan beberapa kali, maka si anak akan mengasumsikan bahwa permintaannya itulah yang menyebabkan kemunculan permen.

Tingkatan Sintaksis
Adalah pengalaman-pengalaman konsensual yang valid dan dapat dikomunikasikan secara simbolis terjadi di tingkatan sintaksis. Pengalaman yang konsensual dan valid adalah pengalaman yang maknanya disetujui dua orang atau lebih.

TAHAPAN PERKEMBANGAN
Sullivan membagi usia manusia menjadi tujuh tahap perkebangan yang masing-masing krusial bagi pembentukan kepribadian manusia. Tali hubungan interpesonal terulur sepanjang tahapan-tahapan itu, orang lain sangat dibutuhkan untuk perkembangan seseorang dari masa bayi hingga dewasa matang. Perubahan kepribadian dapat terjadi kapan saja, tetapi yang paling sering terjadi pada masa transisi dari tahap satu ke tahap berikutnya. Pengalaman disosiasi dan inatensi selektif yang terjadi sepanjang periode tertentu, pada periode transisi mungkin masuk ke dalam sistem self, dan siap mempengaruhi perkembangan pada periode berikutnya.

Masa Bayi
Dimulai saat kelahiran sampai anak dapat mengembangkan ujaran yang terartikulasikan atau sintaksis,biasanya sekitar 18 sampai 24 bulan. Sullivan yakin bahwa bayi dapat menjadi manusia melalui kelembutan yang diterimanya dari ibu-pengasuh.
Masa Kanak-Kanak
Dimulai dengan datangnya bahasa sintaksis dan terus berlanjut sampai adanya kebutuhan akan rekan bermain yang statusnya setara. Pada tahap ini personifikasi ganda ibu telah bergabung menjadi satu, dan persepsi akan tentang ibu lebih kongruen dan riil. Selama masa kanak-kanak emosi menjadi timbal-balik: seorang anak sanggup memberikan kembali kelembutan sebanyak yang sudah diterimanya. Pada tahap ini biasanya seorang anak memiliki teman imajiner dan menurut Sullivan teman imajiner pada tahap ini bukanlah tanda ketidakstabilan anak. Sullivan juga menyebutkan bahwa masa kanak-kanak sebagai periode akulturasi yang cepat, selain menguasai bahasa, anak juga belajar pola-pola budaya sebersihan, toilet training, kebiasaan makan den peran yang diharapkan dari setiap jenis kelamin.mereka juga belajar dua proses penting lainnya yaitu dramatisasi (upaya bertindak atau bersuara seperti figur-figur otoritas yang signifikan), dan penyibukan-diri (strategi yang digunakan untuk menghindari kecemasan dan rasa takut)

Masa Anak Muda / Juvenil
Dimulai dengan kemunculan kebutuhan akan teman sebaya atau teman bermain yang status dan tujuannya samayaituuntuk memuaskan kebutuhan akan keintiman. Selama tahap anak muda, seorang anak belajar berkompetisi, berkompromi, dan bekerja sama. Pada akhir tahap anak muda, seorang anak mestinya mengembangkan sebuah orientasi menuju kehidupan yang membuatnya lebih mudah untuk menangani secarakonsisten rasa cemas, memuaskan kebutuhan zonal dan kelembutan, dan menetapkan tujuan yang didasarkan pada memori dan prediksi.

Masa Praremaja
Dimulai pada usia sekitar 8,5 tahun dan berakhir dengan masa remaja, sebuah masa keintiman dengan seseorang, biasanya yang sama jenis kelaminnya dengan ketertarikan yang sejati, berbeda dengan masa sebelumnya ketika anak-anak lebih egosentris, dimana persahabatannya didasarkan pada kepentingan dirinya sendiri. Sullivan menyebut proses menjadi makhluk sosial ini “keajaiban tersembunyi praremaja”, merujuk pada transformasi kepribadian yang dialaminya sendiri selama masa praremajanya. Sullivan percaya bahwa masa praremaja adalah masa yang paling tidak terganggu dan masa yang bebas. Figur orangtua masih signifikan, meskipun sekarang dilihat dalam cahaya yang lebih realistik. Pengalaman selama praremaja sangat kritis bagi perkembangan masa depan kepribadian.jika anak tidak belajar keintiman pada masa ini, dia akan mengalami kesulitan yang serius dalam hubungan antarpribadi selanjutnya.

Masa Remaja Awal
Dimulai dari pubertas dan berakhir dengan kebutuhan akan cinta seksual terhadap seorang pribadi. Masa ini ditandai dengan meledaknya ketertarikan genital dan datangnya hubungan yang sarat nafsu. Kebutuhan akan keintiman masih berlanjut akan tetapi sekarang ditemani oleh sebuah kebutuhan yang paralel namun terpisah yaitu nafsu. Masih ditambah lagi kebutuhan untuk bebas dari kecemasan yang masih tetap berlanjut sehingga menyebabkan masa remaja berpotensi besar stress dan konflik.

Masa Remaja Akhir
Dimulai saat remaja dapat merasakan nafsu dan keintiman terhadap satu orang yang sama dan berakhir saat dewasa dimana mereka sanggup membangun sebuah hubungan cinta yang abadi. Ciri utama masa remaja akhir adalah penyatuan antara keintiman dan nafsu. Upaya-upaya eksplorasi diri pada masa remaja awal yang penuh masalah berkembang menjadi suatu pola aktivitas seksual yang stabil, yang didalamnya pribadi yang dicintai sekaligus bisa diterima sebagai objek bagi ketertarikan nafsu. Dua pribadi dari jenis kelamin yang berbeda tidak lagi diinginkan hanya semata-mata sebagai objek seks melainkan sebagai pribadi yang sanggup dicintai tanpa rasa egois.

Masa Dewasa
Kesuksesan menyelesaikan tahap remaja akhir memuncak pada masa dewasa, sebuah periode dimana orang dapat membangun sebuah hubungan cinta minimal dengan satu pribadi yang signifikan. Sullivan menyebutkan “keintiman yang dikembangkan dengan sangat tinggi terhadap orang lain bukan hal yang utama dalam hidup, tetapi mungkin sumber utama kepuasan dalam hidup.”

KESIMPULAN
Teori Sullivan cukup komprehensif, yang menjadi kekuatan teorinya adalah memakai interrelasi atau hubungan interpersonal sebagai fokus analisis kepribadian, apa saja unsur yang menetap dalam kepribadiannya, bagaimana dinamika dan perkembangan kepribadiannya, semua dikembalikan pada hubungan interpersonal. Teorinya mudah dicerna dan mudah dipraktekkan tanpa resiko kesalahan yang tak terduga. Guru/pendidik, pekerja sosial dan orang tua dapat menjadikan konsep-konsepnya sebagai arahan bagaimana membangun hubungan dengan anak-anak, bahkan ketika hanya menguasai sepotong dari teori ini, kita sudah dapat mengambil manfaatnya. Sekurang-kurangnya , perhatian untuk mengembangkan pola hubungan interpersonal yang sintaksis dengan siapa saja sudah membuat tingkah laku menjadi positif terhadap perkembangan jiwa yang sehat dari siapapun. Kita dapat mengambil pelajaran dari teori ini bahwa pentingnya orang tua terutama ibu memberikan perhatian yang penuh kepada bayi sejak dilahirkan, pembentukan attachment ( ikatan bathin ) di bulan-bulan pertama kehadiran di dunia adalah masa yang amat penting agar bayi merasa terpuaskan dengan apa yang dia butuhkan, sehingga terbentuk personifikasi yang baik tentang “Ibu”. Kualitas hubungan antara Ibu dan anak ( bayi ) tidak hanya ditentukan dengan jumlah kehadiran ibu ketika bayi membutuhkannya, akan tetapi ketulusan, keikhasan dari sang ibu amat penting, Kecemasan yang diderita ibu akan menghalangi/mengurangi kualitas kedekatan bayi dengan ibu, Ibu yang mengalami kecemasan akan menyatakannya pada wajahnya, irama katanya, dan tingkah lakunya, dan bayi akan terinduksi kecemasan seperti yang dirasakan oleh ibunya. Demikian selanjutnya ketika anak tumbuh menjadi remaja kecemasan itu akan tersimpan dan tentunya menghambat perkembangan kepribadiannya tentunya akan menghambat belajar dan prestasinya. Hubungan interpersonal anak dengan lingkungan sosialnya juga berpengaruh terhadap prkembangan kepribadiannya, anak-anak yang luas pergaulan dan banyak memiliki teman rata-rata berprestasi baik karena dengan keceriaan mereka akan memudahkan mereka dalam belajar baik ilmu pengetahuan atau pengembangan aktivitas sosial. Sebaliknya anak yang pemurung, menyendiri dan sulit bergaul cenderung berpikiran negatif sehingga mengganggu dan menghambat kegiatan belajarnya. Kepribadian anak berkembang sesuai bagaimana orang lain memperlakukan mereka, pengalaman pertama bayi dipelukan dan dipangkuan ibu ketika lahir dan tatapan mata ibu dengan penuh kasih sayang dan kelembutan ketika menyusuinya telah membentuk gambarannya tentang “ ibu baik “ bila hubungan ini tetap terjalin dan terjaga maka sang anak akan mengembangkan kepribdian yang baik untuk tahap-tahap selanjutnya. Pengalaman-pengalaman hukuman dan ketidaksetujuan serta penolakan yang diterima bayi dari mereka yang keibuan akan membentuk personifikasi “ saya buruk “ karena kecemasan, meskipun kebutuhannya terpuaskan/terpenuhi tapi tidak mengurangi atau menghilangkan ketegangan. Terlebih lagi jika bayi tidak terpuaskan, ditolak serta disiksa akan membentuk personifikasi “ bukan saya “. Demikian pentingnya pengalam-pengalaman hubungan interpersonal bayi sejak dilahirkan hingga dewasa dan pengaruhnya terhadap perkembangan kepribadian. Manfaatkan moment special bersama buah hati kita. Berikan kasih sayang dan kelembutan serta jalin komunikasi yang baik dan berkualitas agar mereka tumbuh dan berkembang menjadi anak-anak yang bebas masalah, berkepribadian baik dan membanggakan.

Uncategorized

Tujuh Daya Untuk Pengendalian Diri


 

         

Tujuh daya untuk pengendalian diri mengalihkan pusat perhatian seseorang dari kebiasaan menyalahkan orang untuk mencari penyelesaian, dari rasa bersalah menuju ke tindakan penyelesaiannya, dari menghukum  menjadi mengajarkan penyelesaiannya, dari berunding saja menuju pencapaian hasil-hasil yang ingin dicapai.

Inilah Tujuh Daya Untuk Pengendalian Diri  tersebut :

  1. Daya Perhatian : dari pusat perhatian seseorang akan menghasilkan hal yang lebih banyak lagi.
  2. Daya Cinta : melihat yang terbaik dalam diri orang lain.
  3. Daya Penerimaan : saat ini adalah seperti apa adanya.
  4. Daya Pemahaman : tidak ada seorangpun yang bisa membuat anda marah tanpa seizin anda.
  5. Daya Niat : terjadinya konflik menjadi kesempatan untuk mengajar.
  6. Daya Kehendak Bebas : satu-satunya orang yang dapat kita ubah adalah diri kita sendiri.
  7. Daya Persatuan : pusatkan perhatian dengan menjalin hubungan dan bukan menonjolkan diri.
Uncategorized

PERAN ORANG TUA DALAM MENGEMBANGKAN POTENSI POSITIF ANAK


Semua anak punya impian dan cita-cita,  mereka berusaha untuk  dapat mewujudkan impian mereka menjadi kenyataan dan mencapai cita-cita mereka agar dapat membahagiakan dan membuat orang tua bangga. Semua orang tua menginginkan anak-anaknya  mempunyai kepribadian yang tangguh dan mandiri , prestasi yang baik,  dan tentunya sukses di masa depan.

Kesuksesan itu tidak bisa diperoleh secara instan, tapi membutuhkan proses yang panjang.Selama proses yang panjang itu berbagai hambatan-hambatan seringkali ditemui. Sangatlah diperlukan kesabaran dan ketekunan baik anak, orang  tua dan pendidik dalam menemukan cara untuk menghadapi dan mencari jalan keluar hambatan-hambatan tersebut.

Pendidikan merupakan sarana bagi proses menuju kesuksesan, baik di rumah (keluarga) maupun di sekolah. Dalam lingkungan keluarga, pendidikan yang sejak semula dianggap sebagai kebutuhan dasar dapat secara langsung ditangani oleh orang tua dengan menyempatkan waktu memberikan pendidikan dalam bentuk-bentuk pengajaran-pengajaran yang menyangkut aspek kognitifitas dan pembentukan sikap serta perilaku. Bahkan anak-anakpun bisa dengan mudah mencontoh segala perilaku dan aktifitas yang dilakukan oleh orang tua, dikarenakan kedekatan dan pergaulan intens yang terjadi diantara orang tua dan anak-anak .

Pendidikan di sekolah dibutuhkan karena kehidupan masyarakat lambat laun mengalami perubahan dalam segala aspeknya. Perubahan dari masyarakat agraris ke masyarakat industri, kemajuan teknologi komunikasi, informasi dan transportasi telah membuat dunia berubah seakan tanpa batas. Berbagai perubahan ini menuntut adanya kebutuhan akan kemampuan dan spesialisasi dalam masing-masing bidang. Hal ini menyebabkan para orang tua yang sebelumnya bisa mencurahkan perhatian dan pikirannya untuk mendidik dan membimbing anak-anaknya, tidak lagi bisa menjalankan tugas ini. Pilihan sekolah yang tepat untuk anak  sangat membantu mewujudkan kesuksesannya. Tepat dalam arti dapat melayani gaya belajar anak sesuai potensi yang dimiliki mereka. Permasalahannya kebanyakan orang tua menilai bahwa sekolah yang baik untuk anak-anak adalah sekolah yang lulusannya tercatat memperoleh nilai tinggi dan dapat melanjutkan ke sekolah-sekolah  pavorite berikutnya serta  mudah pendapatkan pekerjaan di perusahaan ternama, tetapi mengesampingkan pembentukan perilaku-perilaku anak  yang merupakan modal dasar untuk kehidupan mereka di masa depannya.

Pada hakikatnya kesuksesan seorang anak  bukan hanya ditandai dengan prestasi di sekolah yang gemilang yang ditunjukan dengan perolehan angka-angka di buku rapot, ijazah dan Nilai Ujian Nasional, sebab tidak sedikit anak-anak yang memperoleh nilai biasa-biasa saja tapi menunjukan kepandaian dalam berorganisasi, ketrampilan berolah raga dan seni. sukses bagi anak memiliki pengertian yang berbeda-beda sesuai kebutuhan dan kenyamanan individu anak.

Beberapa anak lambat atau bahkan mengalami kegagalan selama proses pencapaian cita-citanya itu bukan berarti dia bodoh, akan tetapi perlu usaha dan waktuyang lebih lagi untuk menemukan minat , bakat serta gaya belajar yang tepat untuk mereka . Tugas orang tua dan pendidik adalah membantu menumbuhkan dan mengarahkan potensi-potensi yang mereka miliki untuk mencapai kesuksesan.